Rabu, 09 April 2008

Patah tulang untuk org bego


Tergelitik mengenai kekonyolan yang terjadi di masyarkat kita mengenai perilaku dan sikapnya ketika berhadapan dengan patah tulang. Di kebanyakan masyarakat kita yang sebagian besar adalah masyarakat miskin dan masyarakat berpendidikan terbatas (pendidikan rendah) seringkali kita mendengar bahwa ketika terjadi cedera pada tangan, kaki atau pinggang apapun sebabnya maka pertolongan yang dicari pertama kali secara spontan adalah ke tukang urut ( dengan istilah lain dukun urut, pengobatan alternative, dsb). Seolah seperti salah satu iklan yang mengatakan kalau patah ke dukun urut aja. Fenomena ini walaupun sebagian besar terjadi pada kebanyakan masyarakat berekonomi lemah dan berpendidikan rendah ternyata juga kita temukan pada sebagian kecil masyarakat berpendidikan tinggi dan berekonomi kuat. Tidak jarang kita menemukan seorang yang menyandang suatu gelar terhormat dan berduit banyak mengunjungi dukun patah untuk mendapatkan pertolongan terhadap cedera yang di alaminya.

Ingin saya berbagi cerita mengenai kasus kasus patah tulang yang datang ke saya dalam kurun waktu 2004 sampai dengan 2007. Penderita ini saya kelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok pertama adalah penderita yang sudah berobat ke dukun urut sebelum datang ke rumah sakit, kelompok kedua adalah penderita patah tulang yang merencanakan berobat ke dukun patah setelah mendapat pertolongan dokter di rumah sakit dan kelompok ketiga adalah penderita yang menjalani kedua pengobatan dukun patah dan rumah sakit dalam waktu bersamaan.

Ini beri judul ‘patah tulang untuk orang bego’ yang terkesan menghina dan menggunakan kata bego dimaksudkan hanyalah untuk menyadarkan kita akan kesalahan tidak rasional yang kita perbuat yang sebenarnya dapat dengan mudah kita perbaiki. Pun kata bego dimaksudkan untuk menarik perhatian kita akan fenomena yang terjadi di masyarakat luas yang seolah-olah tindakan yang salah itu terlihat seperti suatu kebenaran.

Akhirnya marilah kita membaca buku ini dengan santai dengan kepala dingin sambil membuka wawasan kita untuk melihat betapa kita adalah suatu bangsa yang masih perlu banyak bercermin pada diri sendiri.

Remaja belia nan terlilit oleh tumor ganas tulang lanjut karena berobat ke banyak dukun.

Remaja ini masih berumur 15 tahun ketika bertemu dengan saya di poliklinik ortopedi salah sebuah rumah sakit di Karawang. Dia mengeluh timbul benjolan di ujung paha kanannya yang semakin besar sejak 2 tahun ini yang membuat dia tidak bisa jalan, tidak bisa sekolah dan tidak nafsu makan. Benjolan itu semakin besar dan mulai timbul luka yang mengeluarkan cairan dan darah. Selain itu kedua tungkainya juga mengalami pembengkakan dan demikian pula dengan alat kemaluannya. Sehari-hari remaja belia ini hanya tiduran. Apabila mau buang air besar dia dibantu oleh ibunya yang sudah tua sementara bapaknya yang pensiunan polisi sudah meninggal dunia dua tahun yang lalu.

Tidak ada komentar: